Rabu, 01 Mei 2019

ARSITEKTUR VERNAKULER ADAT KALIMANTAN BARAT


Prolog.


Rumah Panjang (rumah Radakng) adalah salah satu rumah adat dari daerah Kalimantan Barat. Rumah Panjang adalah ciri khas dari masyarakat Dayak yang tinggal di daerah Kalimantan Barat. Hal ini dikarenakan rumah panjang adalah gambaran sosial kehidupan masyarakat Dayak di Kalimantan Barat. Rumah panjang juga merupakan pusat kehidupan dari masyarakat Dayak. Saat ini, rumah panjang di Kalimantan Barat dapat dikatakan hampir punah karena jumlahnya yang sedikit.Pada tahun 1960, pemerintah menghancurkan beberapa rumah panjang karena dicurigai menganut paham komunis..
Rumah panjang di daerah Kalimantan Barat identik dengan rumah panjang yang ada di Kalimantan Tengah. Hal ini dikarenakan letak geografi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah yang sangat berdekatan. Keduanya sama-sama dikenal dengan nama Rumah Betang.
Pada umumnya, rumah panjang digunakan untuk tempat tinggal beberapa keluarga. Akan tetapi, rumah panjang tidak hanya digunakan sebagai tempat tinggal saja. Rumah panjang dibangun tinggi karena berfungsi untuk menghindari serangan binatang buas. Kalimantan barat mayoritas berpenduduk suku Dayak dan suku Melayu. Dalam bahasa Dayak Kanayatn, Rumah adat di Kalimantan Barat dikenal dengan nama Rumah Panjang atau rumah Radakn
Rumah adat ini berupa model rumah panggung dengan ketinggian berkisar 5 hingga 8 meter dari permukaan tanah yang memiliki bentuk persegi panjang dengan panjang hingga 180 mdan lebar mencapai 30 m. Dengan material kayu pilihan, rumah adat ini biasanya dihuni satu keluarga intidan beberapa keluarga lain, dimana setiap keluarga menempati satu kamar. Selain sebagai tempat tinggal, ruamah adat ini digunakan sebagai tempat pertemuan masyarakat, upacara, serta berbagai ritual adat



Deskripsi Proyek.


Rumah Radakng atau bisa disebut dengan longhouse merupakan satu di antara ciri khas Provinsi Kalimantan Barat. Rumah Radakng adalah sebutan untuk rumah panjang suku Dayak Kanayatn di Provinsi Kalimantan Barat. Rumah adat ini menjadi satu di antara ikon Kalimantan Barat dan Kota Pontianak.
Sisi yang menarik jika kita memasuki kawasan Rumah Radakng yaitu arsitektur yang digunakan. Sesuai dengan namanya, rumah adat ini merupakan rumah panggung dengan tinggi 7 meter.
Bukan tanpa alasan rumah adat ini dibangun berbentuk panggung. Jika di pedalaman kalimantan, alasan rumah Suku Dayak dibentuk berpanggung dimaksudkan untuk melindungi keluarga dari serangan binatang buas dan antisipasi jika terjadi banjir.
Selain tinggi 7 meter, kita bisa melihat bahwa Rumah Radakng memiliki 2 tiang utama sebagai penopang bangunan serta memiliki panjang bangunan 138 meter. Tak heran jika rumah ada ini sukses menjadi rumah adat terbesar di dunia, serta mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai rumah adat terpanjang di Indonesia.
Pada umumnya rumah adat panjang di Kalimantan Barat memiliki konstruksi yang unik, begitu juga dengan konstruksi yang dimiliki oleh Rumah Radakng.
Bila kita melihat di deretan tiang 6 besar yang di atasnya terdapat Burung Enggang, maka kita dapat melihat tangga yang biasanya disebut Hejot.









Jumlah tangga haruslah ganjil, sehingga da Rumah Radakng kita bisa melihat 3 tangga di bagian tengah rumah, serta di ujung kiri dan kanan.
Setelah kaki kita menaiki tangga yang terbuat dari kayu setapak demi setapak, maka kita akan sampai di badan rumah bagian atas. Badan rumah panjang pada umumnya menggunakan kayu ulin yang kokoh dan dapat bertahan lama.
Setiap ruangan disekat-sekat dengan dinding yang terbuat dari papan kayu. Lantai rumah pada umumnya menggunakan kayu yang terbuat dari bambu, belahan batang pinang atau kayu bulat.
Walaupun pada Rumah Radakng materialnya didominasi oleh beton, namun hal tersebut tidak menghilangkan kesan tradisional dan kearifan lokal dari Kalimantan Barat.
Ciri khas kearifan lokal tersebut bisa kita lihat dari ukiran-ukiran motif dengan relief yang beraneka ragam. Motif-motif tersebut terdapat pada pintu-pintu di Rumah Radakng, lalu pada tiang penyangga, dan di dekat atap bagian atas.
Motif tersebut dominan berwarna merah yang merupakan warna khas Suku Dayak. Warna merah melambangkan keberanian. Di dalam rumah adat ini, terdapat ruang utama yang mampu menampung hingga 600 orang.
Di bagian belakang dari Rumah Radakng, kita bisa lihat halaman belakang yang begitu luas, serta terdapat taman-taman kecil di belakangnya. Hal tersebut menambah keindahan dan kemegahan dari Rumah Radakng.
Tampilan dan arsitekturnya yang unik nan megah, sering mengundang turis lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke tempat ini. Rumah adat yang menjadi rumah adat terbesar di dunia dan merupakan simbol semangat kekeluargaan, keagungnganm persaudaraan, gotong royong, dan kebersamaan masyarakat.
Melihat posisi Rumah Radakng dari badan jalan, maka rumah adat ini mempunyai letak dan posisi yang unik, yaitu miring dari badan jalan.
Terlintas di benak kita, mengapa letaknya miring dari badan jalan? Apakah ada maksud tertentu?
Ya, karena prinsip pembangunan yang digunakan yaitu Huma Betang, di mana Suku Dayak mempercayai untuk pembangunan rumah pada bagian hulu rumah mengarah kepada terbitnya matahari, dan bagian hilir mengarah ke terbenamnya matahari.
Hal ini melambangkan kerja keras dalam mengarungi kehidupan, dimulai dari matahari terbit hinga matahari terbenam. Sehingga, wajar jika Rumah Radakng dibangun miring dari badan jalan.





Melihat posisi Rumah Radakng dari badan jalan, maka rumah adat ini mempunyai letak dan posisi yang unik, yaitu miring dari badan jalan.
Terlintas di benak kita, mengapa letaknya miring dari badan jalan? Apakah ada maksud tertentu?
Ya, karena prinsip pembangunan yang digunakan yaitu Huma Betang, di mana Suku Dayak mempercayai untuk pembangunan rumah pada bagian hulu rumah mengarah kepada terbitnya matahari, dan bagian hilir mengarah ke terbenamnya matahari.
Hal ini melambangkan kerja keras dalam mengarungi kehidupan, dimulai dari matahari terbit hinga matahari terbenam. Sehingga, wajar jika Rumah Radakng dibangun miring dari badan jalan.



Rumah adat yang dibuat tinggi tersebut bertujuan untuk melindungi dari serangan suku lain, binatang buas serta antisipasi banjir sewaktu-waktu. Konstruksi rumahnya sendiri memiliki 3 bagian utama yang terdiri dari :
1. Tangga/ Hejot: Jumlah tangga harus ganjil, umumnya terdapat 3 tangga dalam 1 rumah di bagian depan, kanan, dan kiri rumah. Semakin besar bangunan rumah maka jumlah tangga semakin banyak.
2. Badan Rumah: Rumah panjang dibangun dengnakayu Ulin yang kokoh dan bisa bertahan sampai ratusan tahun. Setiap ruangan disekat-sekat. Penyekatnya merupakan dinding dari papan kayu.
3. Lantai: Lantai rumah biasanya terbuat dari bambu, belahan batang pinang atau kayu bulat sebesar pergelangan tangan.
Untuk ruangannya , terbagimenjadi beberapa bagian antara lain:
1. Pante/ teras rumah: Terdapat di depan rumah dengan atap yang menjorok keluar. Bagian ini berfungsi sebagai tempat untuk mengadakan upacara adat, tempat menjemur padi dan pakaian.
2. Samik/ Ruang tamu: Di ruangan ini terdapat satu pene, yaitu meja berbentuk lingkaran yang digunakan untuk meletakkan hidangan saat menerima tamu.
3. Ruang keluarga: Berukuran panjang 6 meter dengan lebar 6 meter. Berbentuk persegi panjang dan terletak di bagian tengah rumah. Fungsinya sebagai tempat berkumpulnya seluruh anggota keluarga untuk melakukan berbagai kegiatan bersama.
4. Kamar Tidur: Terletak di sepanjang rumah secara berjejeran. Kamar tidur orangtua berada di ujung aliran sungai, kemudian berderet hingga yang paling ujung hilir sungai harus dihuni oleh anak bungsu.
5. Bagian Belakang Rumah: Digunakan sebagai dapur dan tempat untuk menyimpan hasil panen dan alat pertanian. Dapur menghadap ke aliran sungai. Hal tersebut dipercaya akan mendatangkan rizki.



Bangunan Rumah adat Randakng ternyata memiliki nilai filosofi sesuai bentuk dan diperuntukannya yang mendeskripsikan sifat kebersamaan dan toleransi antar anggota keluarga. Bagian hulu rumah harus searah matahari terbit, sedangkan bagian hilirnya harus searah matahari terbenam. Hal tersebut melambangkan kerja keras dalam mengarungi kehidupan, mulai ari matahari terbit hingga terbenam. Berbeda dengan bagian depannya yang sering dijumpai patung dari kayu ulin yang menyerupai manusia ini digunakan dalam ritual mengantar arwah leluhur ke alam surga. Haltersebut dipercaya mampu mengusir roh-roh jahat. Pada intinya rumah adat Randakng inilah yang menunjukkan bahwa suku Dayak mengutamakan keharmonisan dalam bermasyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TUGAS 2 HUKUM DAN PRANATA PEMBANGUNAN

RUANG TERBUKA HIJAU DI JAKARTA Jumlah ruang terbuka hijau (RTH) di Jakarta baru 9,98 persen, padahal idealnya suatu kota besar memilik...